Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Sabtu, 31 Januari 2009

Ga keterima di Todai

Tepat jam 10 semalem ato jam 12 waktu jepang. Pengumuman calon mahasiswa yang diterima di University of Tokyo alias Tokyo Daigaku (Todai) keluar. Yang diumumkan hanya nomor pendaftaran aja. Nomor perdaftaran gue adalah 9077, dan daftar yang keterima bentuknya gini:

Result for 2009 October enrollment

9005 9006 9012 9016 9018
9025 9036 9056 9058 9060
9061 9071 9076 9078 9083
9086 9088 9103 9105 9107
9115 9117 9118 9120 9122
9165 9166 9174 9177 9179
9181 9188 9190 ---end of lists---

Liat, persis bangetkan nomor gue diapit sama dua orang yang keterima. :(
Seolah gue ga percaya sangat nyaris..

Cerita gue mendaftar ke Todai bermula dari gue ngeliat papan pengumuman yang ditempel di Prodi Teknik Sipil. Berhubung di kampus gue ada satu orang dosen yang lulusan Todai, namanya Pak Hasbi, gue langsung ngadep dan bertanya perihal tetek bengetnya. dan ternyata pengumumanny itu dikirm dari Todai langsung ke Pak Hasbi. Hal ini disebabkan track record alumni itb di Todai sangat baik. Apalagi Pak Hasbi merupakan salah satu lulusan terbaik Todai.

Setelah bertanya, gue dan temen 2004 yang pengen, mencoba berkomunikasi langsung dengan sekretariat dan professor disana. Ketika salah satu prof.nya berkunjung ke Indonesia, kita diberikan kesempatan untuk interview langsung dengan prof.nya.

Dari 6 orang yang interview, satu orang yang keterima. Dia memiliki prestasi terbaik diantara kami, namanya Seto (ankt 2003). Selamet y..

Jelas dari sini gue taw bahwa Universitas terbaik akan memilih mahasiswa terbaik untuk masuk ke universitasnya. dan buat kapasitas gue yang pas-pasan, itu merupakan hal yang wajar klo ga keterima.

Tapi emang tiidak menyenangkan klo seandainya kita telah mendaftar pada suatu universitas dan pada saat pengumuman lu taw klo lu ga keterima. Ada rasa perih yang menyayat di relung-relung hati. Selama ini gue menyadari bahwa gue selalu berhasil mendapatkan apa yang gue inginkan, dan membuat gue agak sombong. Gue belum merasakan yang namanya kegagalan. Belum lengkap menjadi manusia seutuhnya klo belum gagal.

Gue telah gagal untuk satu ini. Pelajaran ini rasa ga lengkap klo tanpa dijadikan moment perubahan,, ya..kan?

Ini saatnya untuk berubah.. Menjadi fokus.. menuju satu tujuan..

Untuk menjadi diterima di salah satu universitas terbaik didunia, maka lu harus menjadi manusia yang pantas untuk masuk universitas tersebut.
Kita harus menjadi lebih baik

Senin, 26 Januari 2009

Angka keamanan buat Pondasi Dalam

Dari tulisan gue tentang Perlunya Standar yang Baku Buat Soil Invetigation ada komentar dari Dede mengenai nilai angka keamanan buat pondasi dalam. Sebenernya ga ada standar yang baku buat angka keamanan. Seperti yang dede bilang tergantung ownernya maw angka keamanan berapa. Tapi yang jelas angka keamanannya pasti >1. Jekas ga mungkin kan owner maw strukturnya rubuh gara2 angka keamanan yang rendah.

Di bawah ini gue tampilin penentuan angka keamanan yang bersumber dari Canadian Foundation Engineering Manual (1992).


Dari sana udah jelas kan, klo angka keamanan buat pondasi dalam dapat tereduksi dengan tambahan data yang lebih jelas ataupun dengan telah dilakukan test seperti static loading test ato pile driving analysis. Bahkan gue denger di negara2 maju berani menggunakan angka keamanan yang mendekati 1 cuma umumnya beban terbesar diakibatkan oleh beban gempa.

Disini kelihatan banget judgement dari seorang geotechnical engineer amat penting, apalagi buat project2 yang bernilai gede. Penghematan beberapa cm dari pondasi aja bisa memberikan efisiensi yang banyak. Judgement dari seorang geotechnical engineer bergantung dari intuisi yang dibentuk melalui banyak pengalaman. Dan ketika menemui sesuatu yang baru, dan bersifat ambigu, penggunaan angka keamanan yang tinggi menjadi keharusan. Karena menyangkut nyawa dari pemakaian struktur diatasnya.

Banyak code dari negara-negara maju yang menyarankan untuk menggunakan angka keamanan 2.5, tapi angka keamanan dapat tereduksi bergantung dengan situasi tanah. Dan tentu saja tetap owner yang menentukan berapa nilai angka keamanan minimum dari struktur tersebut.

Kamis, 22 Januari 2009

2009 = Kerja Keras

Mumpung masih di awal tahun, saat yang tepat untuk melakukan evaluasi terhadap target dan kinerja di tahun sebelumnya. Gue di awal tahun lalu pernah membuat target selama tahun 2008. Dan awal tahun 2009 ini semua target akan di evaluasi, dengan kriteria keberhasilan tentu aja gue tentuin sendiri (Hee). Dan secara umum gue anggep target gue berhasil tapi gagal. Untuk lebih detailnya, evaluasi terhadap target, gue lakuin seperti ini:

  • Tidur dibawah jam 12.00.
Evaluasi: Gue biasanya tidur jam 12 tepat, klo ga kurang dikit yach kelebihan dikit. Target bisa dibilang berhasil klo berdasarkan jam 12-nya tapi sebenernya gagal juga, sebab gue pengennya klo bisa tidur bisa lebih awal lagi. Biar pas bangunnya jadi lebih fresh.

  • Belajar lagu classic sampe level lebih tinggi, standar lagunya Lie Jie.
Evaluasi: Gue bilang ini gagal, tapi gue sudah bisa cavatina. Level nya dibawah lagunya Lie Jie. Tapi it's nevermind kan gue juga mengalami peningkatan dalam permainan.

  • TOEFL >550
Evaluasi: Target ini berhasil waktu gue les EF, gue nyampe 603. Cuma Sontoloyonya pas tes di Toefl ETS ITP ITB, gue cuma 513. Dasar soal EF levelnya kemudahan dari soal TOEFL asli. Jadi Gagal.

  • Lulus IPK > 3.30
Evaluasi: Target gagal karena disengaja. Gue lulus dengan IPK 3.29 dengan 147 SKS alias kelebihan 3 sks. Sebenernya gue bisa buang salah satu mata kuliah pilihan biar jadi 3.3 dengan 144 SKS. Cuma karena 4 mata kuliah pilahan gue geotek dan semuanya dapet B sehingga sulit bagi untuk menentukan piliahan diantara Pak Aziz-Toha, Pak Wayan, Pak Masyhur, ato Pak Hasbi. Maka daripada gue pusing, yach gue bungkus aja.

  • True Love
Evaluasi: Gimana maw nyari klo sibuk?? Ga ada waktu tahun kemaren.

Dengan evaluasi dari seluruh target tahun sebelumnya, maka gue nyatakan bahwa gue gagal di tahun sebelumnya dan gue nyatakan ditahun ini
2009 = Kerja Keras
dengan target yang harus gila-gilaan ditahun ini:

  1. Tidur cukup setiap harinya. Maksudnya dengan segala kesibukan yang gue hadapi, khususny kerjaan di Rumah C. Gue harus tidur cukup dengan rata-rata minimal sehari tidur 6 jam.
  2. Mainin musik classic yang IPnya 4. Sempet ga sempet buat ngeluangin waktu, sebisa mungkin nyampe.
  3. TOEFL 650. Gimana maw keluar negeri klo segitu aja ga nyampe ?? (mode SINTING ON)
  4. IPK = 4.0. Mungkin ga yach? Kebetulan gue juga maw ngasih taw klo gue ngambil S2 Geoteknik di ITB mulai Februari ini (Mode SUPER SINTING ON)
  5. Nyelesain buku Gempa. Gue punya hutang besar dalam hidup gue saat ini, yaitu ngebuat buku ini. Doain gue bisa ngebuatnya. Padahal gempa gue kemaren cuma dapet B (mode SUPER SUPER SINTING ON)
Setelah gue menulis semua target di atas yang gue pikirin adalah
Mungkin Ga Yach?

Terlalu berat euy... Tapi target klo ga berat2, ga ada tantangannya.. Paling, ga kecapai lagi kyk tahun kemaren. Cuma yang penting bagi gue adalah usaha..

Selasa, 20 Januari 2009

Perlunya Standar yang Baku Buat Soil Investigation

Tidak terasa gue dah hampir 3 bulan kerja di Rumah C. Bagi yang ga taw Rumah C, gue ceritain dahulu sekilas tentang Rumah C. Rumah C adalah sebuah paviliun di Jalan Ganesha No 15. Di nomor 15 B terdapat PT. LAPI ITB, dan Rumah C berada di sebelahnya. Rumah C sebenernya milik LAPI ITB dan kita hanya menyewa saja. Rumah C yang gue tempatin adalah semacam konsultan geoteknik dibawah naungan Pak Masyhur.

Selama gue bekerja disini, gue merasakan belum adanya standar yang baku dalam soil investigasi dan desain geoteknik bagi gedung dan infrastruktur di Indonesia. Maksud gue seperti bagaimana pengambilan sample tanah, SPT, CPT, tes laboratorium, atau penentuan parameter tanah, belum ada standar yang bener-bener baku. Kualitas dari hasil investigasi dan desain yang dihasilkan belum memiliki kualitas mutu minimum yang sama.

Sehingga yang terjadi (menurut gue loh), engineer menggunakan angka keamanan yang tinggi yaitu > 2.5. Hal ini disebabkan kurang percayanya engineer dengan para bor masternya.

Tapi akan terjadi hal yang berbeda ketika yang melakukan soil invesigation itu ada bor milik sendiri. Para engineer umumnya menjadi lebih berani untuk menggunakan angka keamanan yang lebih kecil. Apalagi buat engineer yang merasa pelaksanaan soil investigation yang dilakukan telah benar sesuai dengan standar ASTM (Standar amerika yang umum dipakai di Indonesia)

Dengan kondisi yang seperti ini, gue ngerasa adanya rasa tidak percaya antara sesama praktisi geoteknik. Amat sangat bagus klo nantinya organisasi seperti HATHI membuat standar yang baku buat soil investigation